Desak Lepas Jilbab, Penyanyi Iran Mehdi Yarrahi Dituntut – DW – 28.08.2023
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Desak Lepas Jilbab, Penyanyi Iran Mehdi Yarrahi Dituntut

28 Agustus 2023

Lewat lagu yang dirilis Jumat pekan lalu Mehdi Yarrahi mendesak agar jilbab dijadikan opsional bagi perempuan di Iran.

https://p.dw.com/p/4VdWx
Seorang perempuan melepas jilbab saat demonstrasi mengutuk kematian Mahsa Amini
Demonstrasi di Iran mengutuk kematian Mahsa AminiFoto: Social Media/ZUMA Press/picture alliance

Pihak berwenang di Iran telah mengambil tindakan hukum terhadap penyanyi pop pria, Mehdi Yarrahi. yang dalam lagu terbarunya mendorong perempuan untuk melepas jilbab mereka, kata pengadilan pada hari Minggu (27/08). 

Mehdi Yarrahi merilis lagu berjudul "Roosarito" yang dalam bahasa Farsi berarti "Jilbab Kalian” pada hari Jumat (25/08). Lagu tersebut mengungkapkan dukungan terhadap protes tahun 2022 lalu menetang kebijakan wajib jilbab di Iran, yang meletus setelah Jina Mahsa Amini meninggal dalam tahanan polisi moral negara tersebut.

"Kasus hukum telah diajukan terhadap Mehdi Yarrahi menyusul peluncuran lagu ilegal yang melanggar moral dan adat istiadat masyarakat Islam,” kata situs pengadilan Mizan Online. 

Apa isi lagu Mehdi Yarrahi? 

Lirik lagu Yarrahi menyerukan kaum perempuan Iran untuk "melepas jilbab mereka" dan menyampaikan bahwa rakyat Iran menuntut agar hal itu dijadikan opsional. 

Video musik lagu tersebut juga menampilkan klip perempuan yang menari dengan rambut tergerai serta memuat slogan protes "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan".

Yarrahi dinobatkan sebagai penyanyi pop terbaik tahun 2018 pada festival Fajr, ajang musik terpenting yang diselenggarakan pemerintah Iran. Namun dia telah mengkritik pihak berwenang dalam beberapa tahun terakhir.

Lagunya yang lain, "Soroode Zan" atau "Woman's Anthem", menjadi populer di kalangan gerakan protes, khususnya di kalangan mahasiswa. Pengadilan mengatakan tindakan hukum yang diambil juga akan mencakup lagu ini. 

Yarrahi juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai marginalisasi masyarakat di provinsi asalnya, Khuzestan, yang memiliki mayoritas minoritas Arab.

yf/hp (AFP, EFE)