Konflik Dagang antara Barat dan Cina Bereskalasi – DW – 22.10.2024
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Dagang antara Barat dan Cina Bereskalasi

22 Oktober 2024

Aksi saling balas antara Cina dan Uni Eropa seputar tarif bea masuk bereskalasi dalam kendaraan elektrik. Namun langkah Brussels melindungi pabrikan mobil Eropa malah mendulang kritik dari industri otomotif sendiri.

https://p.dw.com/p/4m3Et
Ekspor kendaraan elektrik dan hibrida dari Cina
Ekspor kendaraan elektrik dan hibrida dari CinaFoto: XinHua/dpa/picture alliance

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui, betapa industri otomotif di dalam negerinya "sedang mengalami masa-masa sulit," kata dia dalam pembukaan pameran otomotif Paris Motor Show pada Senin (14/19), sepekan silam. "Pasar Eropa menyusut, sedangkan persaingan dari Cina makin menguat.”

Dia menuduh betapa "produsen tertentu di Cina menerima subsidi negara," maka adalah "wajar jika kita menerapkan tarif sebagai kompensasinya. Jika tidak, Anda tidak bermain sesuai aturan yang adil. Dan kami mendukung hal itu,” kata Macron.

Awal Oktober lalu, Komisi Eropa memutuskan untuk memberlakukan tarif tambahan pada mobil listrik yang diproduksi di Cina. Dalam pemungutan suara, Jerman memberikan suara menolak. Sementara Perancis, Italia, Belanda dan banyak negara Eropa Barat sebaliknya memberikan dukungan.

Saat ini, Brussel dan Beijing terus merundingkan kesepakatan damai sesuai dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia, WTO. Namun mediasi tersebut tidak mengurangi ketegangan yang semakin meningkat.

Sebagai balasan, Beijing menuntut retribusi tambahan untuk produk brendi impor dari UE. Adapun investigasi terhadap subsidi susu Uni Eropa akan diluncurkan minggu ini. Kementerian Perdagangan Cina sedang menentukan harga untuk perusahaan susu multinasional Elvir asal Prancis, Sterilgarda Alimenti dari Italia dan Friesland Campina di Belanda. Sebuah kebetulan?

Eropa Gabung Kekuatan di bidang Otomotif

"Tarif adalah racun."

Mobil listrik "Made in China” berpotensi memicu perang dagang antara Beijing dan UE, yang diperkirakan bakal merugian perekonomian global. Semua produsen mobil Jerman menentang hukuman tarif, termasuk BMW.

"BMW merupakan bagian dari jaringan global pabrik produksi kendaraan, namun juga bagian dan pemasok. Suku cadang dan kendaraan ini harus diperdagangkan secara bebas,” tuntut Martin Boluk, manajer senior BMW, pada hari Selasa di kongres mobil Jerman-Cina di Munich . "BMW percaya pada perdagangan bebas sebagai prinsip fundamental dan tidak mendukung tarif UE."

"Kami di Jerman membutuhkan Cina sebagai pemasok teknologi,” kata Ferdinand Dudenhöffer, direktur lembaga penelitian CAR. Hal ini tidak lagi seperti dulu, ketika pabrikan mobil Jerman memindahkan teknologinya ke Cina. "Itulah mengapa kerja sama antara Cina dan Jerman menjadi lebih penting. Dan tarif adalah racun.”

AS dan Kanada: Pionir tetapkan tarif mobil elektrik

Di balik pintu, kalangan diplomat Cina juga keheranan dengan langkah UE . Kenaikan tarif diyakini bermotif politik dan tidak sejalan dengan kebijakan globalisasi. Terutama, UE memberlakukan tarif tersebut setelah Amerika Serikat dan Kanada telah mengenakan pajak tambahan 100 persen atas impor mobil listrik Cina.

Hubungan politik dan ekonomi antara Cina dan AS semakin terpuruk akibat situasi geopolitik. Diperkirakan, ketegangan belum akan mereda sebelum pemilihan presiden AS pada tanggal 5 November.

Beberapa penasihat politik di Beijing telah mempersiapkan skenario bahwa mantan Presiden Donald Trump akan kembali menduduki Gedung Putih. Trump telah menunjukkan kesediaannya untuk bereksperimen dengan tarif hukuman terhadap negara-negara lain di masa jabatan pertamanya.

Kini hubungan perdagangan dengan Uni Eropa ikut terimbas dampak konflik di seberang Atlantik. Kalangan diplomat Cina menilai prosedur UE tidak adil dan mengandung beberapa hal yang belum pernah dilakukan di negara lain. Komisi Eropa, misalnya, menanyakan produsen mobil Cina tentang rahasia bisnis seperti rincian teknis pembuatan baterai.

Meski telah melampirkan bukti-bukti berupa dokumen yang berjumlah beberapa puluh terabyte, Brussels melihat adanya kebutuhan akan informasi lebih lanjut dari produsen Cina. Selain itu, Komisi juga dikritik karena menghambat transparansi ketika memilih produsen mobil Eropa untuk perbandingan biaya. Tidak ada pabrikan mobil Jerman yang dijadikan patokan, melainkan hanya pabrikan mobil asal Italia dan Prancis yang kesulitan bertahan di pasar.

Jerman: Kerja sama, bukan konfrontasi

Para negosiator Cina juga mengabarkan bahwa Tesla, pabrikan AS yang mengoperasikan pabrik besar di Shanghai, tidak termasuk dalam penghitungan tarif hukuman. Tesla merupakan produsen mobil terbesar yang mengekspor mobil listrik "Made in China” ke Eropa. Dalam keputusan UE, Tesla diberikan preferensi yang jelas dibandingkan dengan pesaingnya dari Cina, dan juga pesaing Jerman.

"Kita harus berhati-hati terhadap asumsi bahwa kendaraan dari Cina, misalnya, dapat melumpuhkan lalu lintas di Amerika, itulah sebabnya kita harus  memblokir teknologi Cina,” kata peneliti Jerman Dudenhöffer memperingatkan, "pemikiran ini bodoh dan membawa kita ke jalan yang salah."

Perusahaan Cina, seperti CATL atau SVOLT, yang menguasai teknologi baterai Lithium, tidak dapat menyaingi perusahaan Jerman dalam semalam, kata Dudenhöffer. "Makanya kita perlu kerja sama. Kita juga harus belajar dari Cina.”

Kini perusahaan Cina sedang mencari jalan keluar untuk menjual kendaraan listrik di pasar Eropa. Perusahaan Geely, yang secara demonstratif mengirimkan mobil hybrid dengan plat nomor Cina ke jalan-jalan Jerman, memiliki ambisi yang lebih besar.

"Kami belum memiliki produksi kendaraan listrik di Eropa,” kata Frank Klaas, kepala komunikasi Geely Eropa. "Tetapi kami terbuka untuk fasilitas produksi. Kami ingin memproduksi di tempat kami menjual,” kata Klaas, "kami pasti akan memikirkan hal ini sebagai bagian dari diskusi mengenai tarif dan pembatasan yang diberlakukan secara politik.”

Diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris