Penambangan di Laut Dalam: Sumber Daya Baru atau Bencana? – DW – 07.08.2024
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penambangan di Laut Dalam: Sumber Daya Baru atau Bencana?

Anke Rasper
7 Agustus 2024

Logam dan tanah jarang dalam jumlah besar tersimpan di laut dalam. Namun, penambangan dapat secara permanen merusak sistem kelautan yang sensitif. Apa langkah selanjutnya untuk penambangan laut dalam?

https://p.dw.com/p/4jASS
Eksploitasi bahan mentah di laut dalam
Eksploitasi bahan mentah di laut dalam berdampak besar terhadap seluruh biota lautFoto: SWR

Perwakilan dari seluruh dunia, selama sekitar satu bulan lamanya di Jamaika, merundingkan masa depan penambangan laut dalam.

Berkantor pusat di Kingston, Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA) tengah menyusun seperangkat aturan untuk mengatur ekstraksi bahan mentah dari dasar laut. Meskipun telah membahas masalah ini selama berminggu-minggu, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Bagaimana status penambangan laut dalam saat ini?

ISA sebenarnya ingin menetapkan aturan yang mengikat untuk penambangan laut dalam pada tahun 2025 karena tanpa aturan tersebut, penambangan bawah air tidak dapat dimulai. Pembahasan perjanjian tersebut telah berlangsung selama beberapa tahun.

Namun, dalam perundingan terakhir di Dewan ISA di Jamaika pada akhir bulan Juli, terlihat jelas bahwa sebagian besar peraturan tersebut masih kontroversial, termasuk pertanyaan tentang bagaimana kerusakan lingkungan bisa dihindari dan pengawasan bawah air dapat diatur.

Beberapa negara, termasuk Jerman, Brasil, dan negara Kepulauan Palau, menyerukan agar tidak ada peraturan yang diterapkan untuk penambangan laut dalam sampai dampak lingkungannya diteliti lebih lanjut.

Cina – bersama dengan Nauru, Norwegia, dan Jepang – di sisi lain, mendorong tercapainya kesepakatan lebih cepat sehingga penambangan dapat segera dimulai. Namun, prosesnya mungkin memerlukan waktu.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

32 dari 169 negara yang tergabung dalam ISA kini menyerukan jeda, moratorium atau bahkan larangan penambangan laut dalam. Asosiasi lingkungan hidup dan banyak ilmuwan juga menyerukan hal serupa.

Namun, terlepas dari kekhawatiran tersebut, grup Kanada The Metals Company (TMC) telah mengumumkan bahwa mereka akan mengajukan permohonan penambangan laut dalam untuk tujuan komersial ke ISA tahun ini.

Siapa yang diuntungkan dari penambangan laut dalam?

Penambangan laut dalam terutama dilakukan untuk mengekstraksi nodul mangan dan mineral lainnya dari dasar laut lepas.

Luasnya mencakup separuh lautan di dunia. Daerah-daerah ini diklasifikasikan sebagai "warisan bersama umat manusia" di mana bahan mentah di sana bukan milik satu negara, tetapi milik semua orang. ISA bertanggung jawab untuk mengelola dan memantau pertambangan di wilayah ini sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Banyak negara dan perusahaan tertarik pada penambangan komersial. Hingga saat ini, ISA telah mengeluarkan 31 izin untuk mengeksplorasi wilayah tertentu. Lima di antaranya diberikan ke perusahaan Cina. Namun, banyak negara lain, seperti Jerman, India, dan Rusia, juga terlibat dalam eksplorasi.

Perjanjian Hukum Laut menetapkan bahwa keuntungan dari penambangan laut dalam di laut lepas, harus dibagi secara adil dengan negara lain. Namun, kritikus seperti Koalisi Konservasi Laut Dalam menyatakan skeptis.

Bongkahan Polilogam di Dasar Laut Ibaratnya Buah Simalakama

Nodul mangan dan mineral lain: Jenis logam apa yang ada di dasar laut?

Perusahaan khususnya tertarik pada apa yang disebut nodul polimetalik, yang juga dikenal sebagai nodul mangan.

Material ini terbentuk selama jutaan tahun oleh endapan sedimen. Ukurannya sebesar kentang dan mengandung bahan mentah seperti mangan, kobalt, tembaga, dan nikel, bahan baku yang digunakan untuk memproduksi baterai mobil listrik, misalnya.

Menurut perhitungan Badan Energi Internasional (IEA), transisi energi akan menyebabkan kebutuhan bahan baku tersebut meningkat dua kali lipat pada tahun 2040.

Nodul mangan dalam jumlah besar terletak di dasar laut pada kedalaman 4.000 hingga 6.000 meter di Zona Clarion-Clipperton (CCZ) di Pasifik timur antara Hawaii dan Meksiko.

Mineral ini dapat diangkat melalui penyedotan dengan robot vakum otomatis dan ditarik ke permukaan menggunakan selang berkilo-kilometer.

Dasar laut di kawasan lain di Pasifik, Samudera Hindia, dan Atlantik juga kaya akan mineral. Selain nodul mangan, sulfida polimetalik (sulfida masif) dan kerak yang mengandung kobalt di pegunungan bawah laut juga menarik untuk ditambang. Namun, kerak yang sangat keras dan mengandung kobalt sangat sulit untuk dipisahkan dari dasar laut.

Nodul polimetalik yang mengandung mangan, kobalt, tembaga dan nikel
Inilah yang akan ditambang: Nodul polimetalik yang mengandung mangan, kobalt, tembaga, dan nikelFoto: Ulrich Zillmann/FotoMedienService/picture alliance

Apa masalahnya ekosistem laut dalam?

Nodul mangan dan kerak mineral di laut dalam bukanlah batuan mati, melainkan habitat penting bagi banyak makhluk laut.

Menurut para peneliti, lebih dari 5.000 spesies, beberapa di antaranya nyaris belum pernah diteliti - hidup di zona Clarion-Clipperton saja.

Kondisi di kedalaman lebih dari 4.000 meter sangatlah sulit: Tekanan air 100 kali lebih tinggi daripada di darat, tidak ada sinar matahari dan hanya sedikit sumber makanan. Itulah sebabnya ekosistem di dasar laut dalam, dengan spesiesnya yang beradaptasi dengan kondisi kehidupan ekstrem, juga sangat sensitif.

Ketika robot vakum beroperasi di area yang luas untuk menemukan nodul mangan, dasar laurtan hancur dan banyak makhluk laut tersedot ke dalamnya. Kebisingan, polusi cahaya, dan luasnya awan sedimen tersuspensi juga dapat mempengaruhi ekosistem yang jauhnya. Selain itu, penangkapan ikan di atas area pertambangan bisa mengalami kerusakan permanen.

Namun realitanya, kurang dari satu persen wilayah laut dalam yang telah dieksplorasi.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Juli, misalnya, menunjukkan bahwa mineral dalam nodul mangan di laut dalam dapat menghasilkan oksigen melalui elektrolisis tanpa sinar matahari. Selama ini diasumsikan bahwa hal ini hanya terjadi di alam melalui fotosintesis. Investigasi lebih lanjut mengenai hal ini diperlukan.

Peneliti kelautan memperingatkan, memulai penambangan tanpa memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsekuensi yang mungkin terjadi akan berdampak fatal bagi keanekaragaman hayati dan proses yang sebelumnya tidak diketahui di laut dalam.

Penelitian mengenai hal ini bisa memakan waktu setidaknya 10 hingga 15 tahun atau lebih, sebagian karena wilayahnya sangat sulit dijangkau.

Apakah menambang logam sedalam ribuan meter layak dilakukan?

Negara-negara seperti Cina mengharapkan keuntungan tinggi dan sumber bahan baku independen. Mereka berasumsi akan terjadi reduksi selama beberapa dekade bagi industri dan transisi energi.

Perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan, penambangan di laut dalam tidak terlalu berbahaya terhadap iklim dibandingkan penambangan di darat dan tidak terjadi pelanggaran hak asasi manusia.

Namun, studi yang dilakukan oleh Oeko-Institut yang ditugaskan oleh Greenpeace menunjukkan, tidak diperlukan bahan mentah dari nodul mangan untuk transisi energi. Karena kini sedang dikembangkan, teknologi baterai baru seperti baterai litium besi fosfat.

Kritikus juga berpendapat, biaya dan risiko teknis penambangan komersial di laut dalam terlalu diremehkan.

Teknologi ini belum sepenuhnya berkembang. Tekanan air pada robot vakum dan mesin lainnya di kedalaman 4.000 hingga 6.000 meter akan sangat tinggi, yang juga mempersulit perbaikan dan pemeliharaan.

Semakin banyak perusahaan besar, termasuk SAP, BMW, Volkswagen, Google, dan Samsung SDI, telah berkomitmen untuk tidak menggunakan bahan mentah di laut dalam atau mendukung penambangannya.

Beberapa perusahaan asuransi seperti Swiss Re telah mengumumkan, mereka tidak akan mengasuransikan proyek-proyek tersebut. Hal ini juga dapat merugikan profitabilitas.

Memanen mangan
Kapal semacam ini bisa memanen nodul manganFoto: Jochen Tack/picture alliance

Kapan penambangan di laut bisa dimulai?

Sejauh ini potensi wilayah pertambangan baru dieksplorasi. Belum ada izin penambangan. Perusahaan Metals berencana untuk mengajukan permohonan penambangan laut dalam komersial ke ISA tahun ini. Dengan anak perusahaannya di negara Kepulauan Nauru, TCM ingin aktif di zona Clarion-Clipperton di Pasifik mulai tahun 2026. Belum jelas apakah dan kapan ISA akan menyetujui permohonan tersebut.

Terlepas dari itu, Norwegia ingin memulai penambangan laut dalam sesegera mungkin di Atlantik Utara antara Greenland dan Svalbard.

Parlemen negara tersebut memutuskan hal ini pada bulan Januari. Wilayah seluas 281.200 kilometer persegi, kira-kira seluas wilayah Britania Raya, terletak sekitar 1.500 meter di landas kontinen.

Dasar laut di sana adalah milik Norwegia, jadi ISA tidak bertanggung jawab. Izin eksplorasi akan dikeluarkan tahun depan dan penambangan diharapkan dimulai pada tahun 2030.

Asosiasi lingkungan hidup WWF saat ini sedang membawa masalah ini ke pengadilan. Para ilmuwan memperingatkan ancaman kerusakan permanen terhadap ekosistem dan penangkapan ikan di Arktik.

Jepang juga merencanakan penambangan laut dalam di wilayah nasionalnya.

(ap/as)