Politik AS terhadap Timur Tengah Sudutkan Israel – DW – 22.07.2009
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Politik AS terhadap Timur Tengah Sudutkan Israel

22 Juli 2009

Presiden AS Obama telah mengubah politik AS terhadap Timur Tengah. Obama juga tidak akan membiarkan berlanjutnya pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Dengan begitu, hubungan dekat AS-Israel terancam.

https://p.dw.com/p/IvVb
PM Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Presiden AS Barack Obama (kanan) - Politik Timur Tengah Obama awal keretakan hubungan AS-Israel?
PM Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Presiden AS Barack Obama (kanan) - Politik Timur Tengah Obama awal keretakan hubungan AS-Israel?

Ketika Uni Eropa secara terbuka dan tegas mengkritik rencana pembangunan 20 rumah susun warga Yahudi di Yerusalem wilayah Arab dan menyebutnya sebagai "aksi provokatif", pemerintah Obama mengeluarkan pendapat yang lebih halus.

Juru bicara kementerian luar negeri Amerika Serikat Philip Crowley mengungkapkan, rencana permukiman Israel di Yerusalem timur itu bukanlah masalah besar. Katanya, "Ini bukan isu baru. Isu pembangunan permukiman Israel di Yerusalem timur sudah muncul beberapa kali."

Itu benar. Terakhir dan sangat dikenal adalah pidato Obama di Kairo tanpa ragu mengungkapkan desakannya terhadap Israel. "Amerika Serikat tidak menerima legitimasi kelanjutan pembangunan permukiman Israel. Pembangunan ini melanggar perjanjian yang sudah ada dan meremehkan upaya perdamaian. Sudah saatnya pembangunan permukiman itu dihentikan."

Pembangunan permukiman warga Israel yang dimaksud Obama tidak hanya rencana pembangunan di Tepi Barat Yordan yang diduduki, tapi juga pembangunan di Yerusalem timur. Itu merupakan wilayah di mana warga Palestina ingin mendirikan ibukota, jika suatu saat mereka memiliki negara sendiri yang berdaulat.

Hingga kini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikukuh mengenai rencana pembangunan rumah susun. Itu merupakan konfrontasi terbuka terhadap upaya Obama yang ingin melanjutkan proses perdamaian yang selama ini mengalami jalan buntu. Tentu, pemerintah AS tidak mau menyebutnya sebagai suatu "konfrontasi" atau "provokasi". Meski lingkungan pemerintah di Washington memandangnya begitu.

Walau pun begitu, pekan lalu kementerian luar negeri AS mengutip pernyataan duta besar Israel. Alasannya diungkapkan juru bicara kementerian luar negeri di Washington Philip Crowley, "Kami baru saja berbicara dengan duta besar Israel mengenai hal ini dan lainnya."

Crowley tidak menyinggung pemberitaan surat kabar Israel mengenai peningkatan tekanan AS terkait pembangunan permukiman di Yerusalem timur. Laporan surat kabar Israel itu juga menyebutkan, AS ingin menarik kembali rencana pemberian kredit terhadap Israel senilai 1,4 miliar Dolar. Tekanan semacam ini sudah pernah diterapkan presiden AS lainnya seperti George Bush dan George W. Bush. Tapi hasilnya tidak seberapa.

Pekan ini utusan khusus Obama, George Mitchell akan berkunjung ke Timur Tengah. Tampaknya pemerintah di Washington tidak ingin membebani agenda pembicaraan di Timur Tengah dengan pernyataan terbuka.

Sangat dipahami jika Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang saat ini sedang melakukan lawatan luar negeri, bungkam mengenai proyek pembangunan di Yerusalem timur. Dalam pernyataan terpisah, Clinton menyatakan, "Perundingan saat ini terus berlangsung sangat intensif dan terfokus. Jika kami ingin mengungkapkan sesuatu, kami akan melakukannya."

Anna Engelke/Luky Setyarini

Editor: Christa Saloh