Rencana PM Israel menutup pemukiman Yahudi di Gaza/Justifikasi keputusan perang Irak – DW – 04.02.2004
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rencana PM Israel menutup pemukiman Yahudi di Gaza/Justifikasi keputusan perang Irak

4 Februari 2004
https://p.dw.com/p/CPSy
Rencana PM Israel Ariel Sharon untuk menutup semua pemukiman Yahudi di Jalur Gaza dikomentari oleh banyak surat kabar internasional. Harian Denmark Jyllands-Posten menulis:

Keputusan Ariel Sharon untuk menutup 17 pemukiman Yahudi di Jalur Gaza mencerminkan keseriusan keadaan. Anehnya, pernyataan itu sangat mengagetkan Israel sendiri, sementara sikap diam pihak Palestina dapat ditafsirkan sebagai kekhawatiran. Manuver mendadak Sharon dapat merepotkan bagi Palestina, karena itu mungkin juga berarti bahwa perbatasan selama ini antara Israel dan Gaza juga akan ditutup. Itu berarti ribuan warga Palestina akan kehilangan pekerjaannya di Israel. Dapat dimengerti, Sharon terutama hendak memgamankan perbatasannya. Mengingat masalah yang akan timbul, perlu perjanjian perdamaian internasional untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Sebaliknya harian konservatif Inggris The Times berkomentar:

Apa pun akhirnya bentuk dari rencana tsb. Ariel Sharon harus membayar harga yang mahal. Para pemukim Yahudi dan para politisi yang berhaluan kanan marah dengan rencana tsb , dan akan mengagalkannya. Sementara Palestina mengamatinya dengan curiga. Kelompok-kelompok ekstremis senang, karena dapat memaksakan Israel kembali ke meja perundingan. Tidak mengherankan, bila Sharon dengan hati berat berusaha membawa maju Israel. Namun ia telah menunjukkan kekuatannya, dan itu sangat penting, untuk memulihkan keamanan di Israel dan memberikan sedikit harapan akan perdamaian di masa depan.

Harian Prancis La Presse de la Manche memuji keputusan Ariel Sharon:

PM Israel telah mengambil keputusan yang berani, yang bertolak belakang dari politiknya selama ini yang jauh dari realitas. Politik yang menghalangi jalan ke perdamaian. Harus diakui bahwa para inisiator inisiatif perdamaian tidak-resmi di Genewa yang tidak takut untuk mematahkan tabu , dengan usulannya yang berani, telah melicinkan jalan bagi rencana PM Ariel Sharon. Kini giliran pihak Palestina untuk menunjukkan sikap berani dan realistis, dengan memberikan reaksi yang positif.

Harian Der Standard yang terbit di Wina, Austria, mengomentari rencana Sharon sebagai permainan taktik.

Di dalam negeri Sharon akan menghadapi perlawanan keras. Kaum konservatif tidak akan mendukung penutupan permukiman. Namun Partai Buruh mungkin akan mendukungnya. Tetapi keputusan itu juga mengandung aspek politik dalam negeri. Para mitra koalisinya juga mengingatkan, rencana Sharon juga dialamatkan kepada kejaksaan agung, yang sedang membahas keterlibatannya dalam skandal korupsi. Sebab seorang tokoh yang hendak menyelamatkan Israel tidak bisa dipenjarakan. Memang lihay sekali permainan Sharon . Trenner

Tema berikut dalam Sari Pers DW: Kontroversi mengenai senjata pemusnah massal Irak, yang dijadikan alasan bagi invasi ke negara tsb. Harian Inggris Financial Times menulis, keputusan perang Irak berada di tangan para politisi:

Pemerintah AS dan Inggris memutuskan untuk membentuk tim penyelidik informasi tentang senjata pemusnah massal Irak. Keputusan yang baik. Sebab sejak lama diketahui, bahwa informasi dinas intelijen tidak akurat dan tidak memadai. Penyelidikan itu hendak mengungkapkan, apakah ada kesalahan sistematis dalam pengumpulan, penilaian dan penggunaan bahan bukti. Namun, itu bukan hanya masalah dinas intelijen. Bagaimana pun akhirnya yang bertanggung jawab bagi keputusan perang adalah Presiden AS George W Bush dan PM Inggris Tony Blair.

Mengenai penyelidikan tim Inggris harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung menulis

PM Inggris Tony Blair cuma punya dua kemungkinan: Pertama senjata pemusnah massal akhirnya ditemukan juga. Atau Blair menggeser tanggung jawab bagi kesalahannya kepada dinas intelijen. Bukankah, tugas perdana menteri untuk meneliti sumber dari dokumen Irak, apa lagi dalam soal perang yang menyangkut hidup dan mati. Mengerikan, bila diingat bahwa orang-orang semborono seperti itu juga memegang komando atas angkatan perang dan senjata atomnya.