Utusan Khusus AS Mitchell Hadapi Misi Yang Sulit – DW – 28.07.2009
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Utusan Khusus AS Mitchell Hadapi Misi Yang Sulit

28 Juli 2009

AS terus berusaha untuk meningkatkan usaha untuk tercapainya perdamaian di Timur Tengah. Diteruskannya pembangunan pemukiman Yahudi di Yerusalem merupakan sebuah rintangan berat bagi tugas utusan khusus George Mitchell.

https://p.dw.com/p/Iyjz
Utusan khusus AS untuk Timur Tengah George Mitchell (kiri) ketika bertemu dengan Menham Israel Ehud Barak, 26 Juli 20009Foto: AP

Di taman di depan bekas hotel Sheperd di kawasan warga Arab Sheikh Jarrah di bagian timur Yerusalem, dua orang satpam duduk di kursi plastik. Ketentraman yang tampak di sana hanya semu saja. Pengumuman bahwa di lahan tersebut akan dibangun perumahan baru bagi pemukim Yahudi menimbulkan kejengkelan dan kemarahan. Aktivis dari Organisasi non pemerintah "Ir Amin", Orly Noy, mengatakan:

“Di kawasan Sheikh Jarrah, terdapat rencana dan swasta, dengan tujuan yang sama. Yakni bagian timur Yerusalem tidak dapat dijadikan ibukota bagi sebuah negara Palestina yang merdeka di masa depan.”

Tindakan tersebut merupakan sebuah rintangan berat bagi tugas yang dijalankan utusan khusus Amerika Serikat George Mitchell. Pemerintah Amerika Serikat berusaha untuk kembali melanjutkan proses pembicaraan damai di Timur Tengah. Untuk itu, pekan ini, Menteri Pertahanan Robert Gates, penasehat keamanan James Jones dan utusan khusus Mitchell, berada dikawasan ini. Mereka hendak menandaskan solusi damai yang menyeluruh. Sementara Menteri Urusan Infrastruktur Israel Uzi Landau mengatakan, tidak ada pembicaraan mengenai status kota Yerusalem. „Harus dijelaskan dengan tuntas, bahwa tidak ada pembicaraan atau perundingan mengenai Yerusalem, dan apa yang kami lakukan di kota ini.“

Yerusalem, sebagai ibukota Israel yang tidak dapat dibagi. Sesuatu yang ditolak dunia internasional dan Palestina. Politisi Palestina Mustafa Bargouthi menuduh pemerintah Israel, tidak bersedia memecahkan masalah menyangkut status kota Yerusalem, hak pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah airnya, serta masalah pembangunan pemukiman Yahudi. Ia menuntut pemerintah Amerika Serikat agar bertindak tegas. “Ini menyangkut kepercayaan terhadap Amerika Serikat, serta harapan dicapainya keberhasilan, yang dapat dimanfaatkan semua warga di seluruh kawasan Timur Tengah. Dan ini tergantung, apakah pemerintah Amerika Serikat dapat melakukan tekanan dan mengatakan, sudah cukup dan hentikan pembangunan pemukiman Yahudi,” tandas Bargouthi.

Media Israel melaporkan, pemerintah Amerika Serikat dalam masalah pembangunan pemukiman akan sedikit mengalah. Israel dapat menyelesaikan pembangunan 2400 rumah di kawasan pemukiman yang mayoritas dihuni kelompok ortodoks. Setelah itu, semua pembangunan harus dihentikan. Menteri Tenaga Kerja Israel Benjamin Ben Eliezer mengatakan, pemerintah di Washington mulai memahami realita di Israel. „Amerika Serikat mulai mengoreksi, dan kami juga melakukannya. Saya pikir masing-masing mulai memahami kesulitan yang dihadapi. Selain itu, Amerika Serikat juga mengetahui, bahwa negara-negara Barat pada saat ini, tidak benar-benar siap mengambil tindakan yang menentang pemerintah Israel.“

Meskipun demikian, menurut aktivis dari organisasi non pemerintah "Ir Amin", Orly Noy, tekanan internasional terhadap Israel diperlukan. Proyek pembangunan di kawasan Sheikh Jarrah, di bagian timur Yerusalem, tidak dapat lagi dihentikan dengan dasar hukum. Hanya alasan politik yang dapat membatalkannya.

Torsten Teichmann/Asril Ridwan

Editor: Dyan Kostermanns